langsung aja kita lihat kenapa langit malam bisa berbubah menjadi gelap...
Dalam kosmologi, yaitu sains yang mempelajari evolusi alam semesta, dianut sebuah prinsip bahwa alam semesta dalam skala besar bersifat isotropik dan homogen. Isotropik berarti tidak ada arah pilihan di alam semesta; ke arah mana pun mata memandang semua terlihat sama. Homogen berarti tidak ada lokasi pilihan di alam semesta; dari mana pun mata memandang semua terlihat sama. Nah, dengan demikian kita bebas memilih lokasi dan arah pengamatan terhadap alam semesta. Kita pilih Bumi, misalnya.
Bumi adalah salah satu objek astrofisika yang ada dalam Galaksi Bimasakti. Jika kita keluar di malam hari yang cerah, ada sekitar dua ribu bintang terpampang dalam batas pandangan kita. Wajar, mengingat ada lebih dari 400 miliar (1 miliar = 109) bintang di dalam galaksi kita.Dengan kata Bumi kita ‘dikepung’ oleh bintang-bintang, objek astrofisika yang memancarkan cahaya dan panas.
Bintang yang mengeliling Bumi tersusun berlapis-lapis, yang merupakan salah satu karakter struktur galaksi. Sebuah bintang memancarkan cahaya ke segala arah dan terdistribusi merata. Karena cahaya butuh waktu untuk merambat dan jarak antara bintang dengan Bumi sangat jauh, maka tidak semua bintang yang ada bisa kita lihat sekarang. Terkadang saat cahayanya sampai, bintangnya sudah mati.
Kita bisa menghitung intensitas cahaya yang diterima Bumi dari bintang-bintang di lapisan terdekat tersebut; intensitas cahaya dari bintang tidak tergantung jarak ( ) antara bintang dengan Bumi, hanya tergantung pada ketebalan () lapisan bintang. Jika intensitas dihitung dari semua kontribusi bintang dalam lapisan tersebut, secara mengejutkan memberi hasil tidak hingga!
Ini berarti, seharusnya langit di malam hari terang seperti di siang hari. Tidak hanya itu, jika perhitungan dikembangkan maka akan didapati alam semesta seharusnya terang-benderang.
Tentu saja ini tidak benar, setidak-tidaknya saat sekarang ini. Langit malam dan alam semesta gelap. Paradoks ini disebut sebagai Parakdoks Olber, dituliskan pertama kali oleh astronom Jerman, Heinrich Olber, pada tahun 1826.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar